Pages

Minggu, 16 Januari 2011

Kiat sukses Ibu Bekerja Sesi 2

Kiat Sukses Ibu Bekerja (2)


HILANGKAN RASA BERSALAH

Bila kita sudah bisa membagi waktu dengan baik, yang harus kita lakukan selanjutnya ialah menghilangkan perasaan bersalah. Bukankah biasanya para ibu bekerja sering dihinggapi oleh rasa bersalah karena mengurangi waktu bersama anak? Celakanya, rasa bersalah tersebut sering dikompensasikan dengan memanjakan anak secara berlebihan, entah dengan tumpahan kasih sayang maupun hadiah mahal dan tak perlu. Padahal, sikap kita yang demikian justru hanya akan menyebabkan anak cenderung jadi manja dan tak mandiri.

"'Membayar' rasa bersalah ibu dengan kemanjaan yang berlebihan bukanlah bentuk pendidikan yang baik karena kita menghadapi anak bukan hanya sekarang ini tapi untuk seumur hidupnya," terang Nuke. Selain itu, harus diingat pula, apa yang kita lakukan akan berpengaruh pada anak. "Bukankah niat kita mendidik supaya kelak bisa mandiri dan tangguh? Nah, kalau sejak kecil ia sudah biasa dimanjakan, akankah ia bisa menjadi pribadi yang tangguh? Jadi, hendaknya ibu-ibu berpikir panjang sebelum memanjakan anak," nasehatnya.

Sebenarnya, tutur Nuke, ibu bekerja tak perlu sampai merasa bersalah. Pasalnya, sudah umum bila seorang ibu masa kini juga berkarier. Lagi pula, belum tentu ibu yang tinggal di rumah tak mempunyai rasa bersalah. "Bisa saja, walau ia cuma tinggal di rumah tapi karena enggak peka, tak peduli kala anak membutuhkannya, maka saat terjadi apa-apa pada anak, ia pun menyesal. Misalnya, kenapa saya tak ada di sampingnya pada saat ia membutuhkan saya? Padahal, saya tak bekerja. Jadi sebetulnya feeling guilty itu sangat relatif. Makanya sebaiknya dihilangkan saja."

Daripada selalu dirundung perasaan bersalah, Nuke menyarankan, lebih baik kita mengarahkan pola pikir anak agar anak bisa lebih memahami situasi yang dihadapinya. "Terangkan pada anak, tentu dengan bahasa mereka, mengapa ibu tak bisa sepenuh waktu bersama mereka. Terangkan pula mengapa ibu perlu bekerja sekarang ini. Tanamkan pada anak bahwa ibu yang bekerja itu sudah umum dan ada manfaatnya untuk keluarga. Misalnya, kalau ibu bekerja, maka nanti kalian bisa mendapat pendidikan yang bermutu karena pendidikan yang bermutu itu membutuhkan dana yang tak sedikit. Nah, kalau ibu juga ikut bekerja, maka ibu punya cukup uang untuk membayar pendidikan bermutu tersebut." Dengan adanya pemahaman anak sejak dini, jelas Nuke, akan meminimalkan konflik batin ibu sehingga ibu tak terus menerus dihantui rasa bersalah.

Cara lain yang dianjurkan Nuke, lebih sensitif terhadap kebutuhan anak. Misalnya, saat mau berangkat ke kantor, kita harus melihat kira-kira apa kebutuhan si kecil pada hari itu. Kalau bisa, penuhi saat itu juga. Kalau tidak, bicarakanlah solusinya dengan anak. Misalnya, si kecil kelihatan murung atau terlihat ingin menyampaikan sesuatu, ibu bisa bilang, "Ibu tahu, kamu membutuhkan Ibu tapi Ibu harus pergi ke kantor karena ini adalah suatu kewajiban. Kira-kira bisa menunggu Ibu pulang kantor atau tidak? Nanti kalau Ibu sudah pulang, kita cerita, ya?" Tentunya, begitu ibu pulang kantor, jangan lupa untuk segera menghampiri anak atau mengusahakan pulang lebih cepat dari kantor.

Bisa juga dengan memanfaatkan teknologi komunikasi yang sudah semakin maju seperti telepon genggam. Misalnya, dalam perjalanan ke kantor, ibu melanjutkan pembicaraan tadi ketika hendak berangkat. Dengan demikian, masalah anak bisa secepatnya diselesaikan tanpa si anak harus menunggu sampai ibu pulang kantor. Tentunya alat komunikasi tersebut juga sebaiknya dimanfaatkan untuk menjaga komunikasi dengan anak dan anggota keluarga lainnya. Jadi, pesan Nuke, jangan lupa untuk selalu berkomunikasi dengan anak. "Juga, selalu memberi tahu kepada anak ke mana mengontak ibu bila dibutuhkan sehingga komunikasi dengan anak bisa tetap berlangsung." Anak pun tentunya akan merasa senang, tak merasa dicuekin , "karena, meski ibu tak di rumah, toh, setiap saat aku bisa menghubungi ibu."

HARUS KREATIF

Kendati waktu sudah diatur sedemikian rupa, namun karena tuntutan keluarga yang semakin tinggi, misalnya, anak yang semakin membutuhkan perhatian, tak jarang ibu bekerja kembali dihadapkan pada pilihan antara karier dan tugas sebagai ibu. Saran Nuke, tak perlu kecil hati. "Kalau kita kreatif, sebenarnya di rumah pun ada saja yang bisa dikerjakan. Mungkin kita bisa membuat pekerjaan tangan yang menghasilkan sambil tetap mengawasi anak. Iya, kan! Apalagi sekarang home-industri dan pelayanan jasa juga bisa dilakukan di rumah."

Karena itulah, menurut Nuke, kreativitas harus juga dipunyai ibu bekerja. Dengan demikian, kita tak hanya terpaku pada pekerjaan kantor. "Hobi juga bisa dikembangkan untuk menghasilkan uang, lo. Banyak, kan, ibu-ibu bekerja yang ketika harus meninggalkan kariernya namun tetap percaya diri?" Bukan berarti ibu bekerja yang enggan meninggalkan kariernya tak punya kreativitas, lo, melainkan karena mereka sulit meninggalkan hal-hal rutin. "Bila kita sudah bekerja bertahun-tahun di suatu kantor, kita melihatnya sebagai kekuatan tersendiri; kita sudah mempunyai rasa aman. Dengan demikian, saat kita harus keluar atau meninggalkan kantor, kita takut kehilangan rasa aman itu. Padahal, yang rutin itu justru sering menyebabkan kita kehilangan kreativitas untuk membuat sesuatu yang baru."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar